BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berdasarkan pengamatan dan penelitian para pakar, diketahui bahwa
dalam pembuatan laporan penelitian, sangat terasa sekali bahwa mahasiswa
menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut. Kesulitan tersebut
bersumber pada lemahnya kemampuan dan pemahaman tentang dasar-dasar penelitian
yang dimiliki oleh mahasiswa di bidang pendidikan. Kelemahan tersebut timbul,
di antaranya, karena sulitnya mendapatkan rujukan teori metodologi penelitian
yang sesuai dan contoh-contoh laporan hasil penelitian yang berkualitas
meyakinkan. Sebagai akibat dari kesulitan tersebut, meskipun mahasiswa dapat
menyelesaikan penulisan tugas penelitian, hasilnya masih belum menggembirakan
dari segi kualitas.
Tulisan-tulisan
tentang metode penelitian dalam Bahasa Indonesia sudah cukup banyak. Namun
demikian, ada dua kekurangan umum yang tampaknya terdapat dalam Tulisan-tulisan
tersebut, khususnya bila digunakan oleh peneliti pemula seperti mahasiswa. Pertama,
pada umumnya Tulisan-tulisan tersebut ditulis untuk tujuan pembaca umum dalam
semua ilmu sosial. Hal ini tentu saja tidak memberikan panduan yang aplikatif
untuk bidang pendidikan dan konsekuensinya mahasiswa akan mengalami kesulitan
untuk menerapkan teori-teori tersebut dalam penelitian kependidikan, yang
tentunya memiliki kekhususan tertentu. Kedua,
dalam uraian tentang teknik dan metode, Tulisan-tulisan tersebut tidak
memberikan contoh-contoh kongkret yang berasal dari hasil penelitian yang telah
dilaporkan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian metode penelitian?
2.
Apa perbedaan antara metode penelitian dan metodologi penelitian?
3.
Apa maksud penelitian sebagai karya ilmiah?
4.
Apa korelasi antara penelitian dan peningkatan pendidikan?
5.
Apa maksud berpikir dalam penelitian?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Penelitian
Metode berasal dari
bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. Jadi metode
merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang
diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang
dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah[1].
Sedangkan “Penelitian”
adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis
sampai menyusun laporannya[2].
Penelitian dapat dirumuskan sebagai
penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Ini adalah cara
untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan[3].
Penelitian adalah
terjemahan dari bahasa Inggris : research yang berarti usaha atau
pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dan
dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan,
sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya[4].
Menurut Sutrisno Hadi, research
didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang mana dilakukan dengan metode ilmiah[5].
Metode penelitian
merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap
segala permasalahan.[6]
Secara umum metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci
yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu.
Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional
berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal,
sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti
cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang
lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya,
proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu
yang bersifat logis. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data
empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan
derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek
dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Misalnya pada provinsi
tertentu terdapat 3000 anak yang tidak
lulus Ujian Nasional, sementara penelitian melaporkan jauh diatas dan di bawah
3000. Maka data yang dilaporkan peneliti tersebut tidak valid.[7]
Setiap penelitian
mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga
macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan.
Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data
yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti
data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keraguan-keraguan
terhadap informasi atau pengetahuan tertentu dan pengembangan berarti
memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada[8].
B.
Perbedaan antara Metode Peneletian dan Metodologi Penelitian
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis[9].
Istilah “metodologi” berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos dan
logos. Methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang berkaitan
dengan upaya menyelesaikan sesuatu. Sementara logos berarti ilmu
pengetahuan, cakrawala, dan wawasan. Dengan demikian, metodologi adalah
pengetahuan tentang metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau
penelitian[10]. Dalam
pengertian umum metodologi penelitian merupakan suatu ilmu atau studi mengenai
sistem, ataupun tindakan mengerjakan investigasi[11].
Sementara orang
tidak acuh dan mencampuradukkan antara metode penelitian dengan metodologi
penelitian, sehingga sering dijumpai salah satu bab dari karya penelitian
berjudul metodologi penelitian namun isinya metode penelitian.
Apa perbedaannya?
Metodologi penelitian membahas konsep teoretik berbagai metode, kelebihan dan
kelemahannya, yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang
digunakan. Sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang
metode-metode yang digunakan dalam penelitiannya[12].
C.
Penelitian sebagai Karya Ilmiah
Karya ilmiah terdiri dari dua kata, yakni “karya”, artinya kerja,
berbuat; dan “ilmiah”, artinya bersifat ilmu.
Ilmu adalah
pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Oleh
sebab itu, ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Seseorang
yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah (ilmuwan) dituntut memiliki
sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya
bukti-bukti, tidak cepat putus asa, dan tidak cepat puas dengan pekerjaan atau
hasil karyanya.
Pengetahuan ilmiah
yang telah dimiliki seseorang disertai sikap ilmiah yang ditunjukkannya dalam
cara berpikirnya, hendaknya menjadi dasar dalam melakukan pekerjaan atau
perbuatannya sehingga menghasikan karya-karya yang bersifat ilmiah pula. Dengan
perkataan lain, karya ilmiah adalah hasil atau produk manusia (biasanya dalam
bentuk tulisan, sekalipun tidak hanya itu) atas dasar pengetahuan, sikap, dan
cara berpikir ilmiah.
Sudah tentu,
setiap karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni kebenaran yang
tidak hanya didasarkan atas rasio, tetapi juga dapat dibuktikan secara empiris.
Rasionalisme dari empirisme inilah yang menjadi tumpuan berpikir manusia.
Rasionalisme mengandalkan kemampuan otak atau rasio atau penalaran, sedangkan
empirisme mengandalkan bukti-bukti atau fakta nyata. Penggabungan kedua cara
tersebut di atas, yakni berpikir rasional dan berpikir empiris, adalah berkarya
ilmiah. Operasionalisasi dari berpikir ilmiah adalah penelitian ilmiah.
Bertolak dari
pemikiran tersebut, setiap karya ilmiah dalam bentuk apa pun, yang ditulis oleh
siapa pun, serta untuk tujuan mana pun, harus didasarkan atas proses dan hasil
berpikir ilmiah melalui penelitian.
Proses berpikir
ilmiah menempuh langkah-langkah tertentu yang didukung oleh tiga unsur pokok,
yakni masalah, perumusan hipotesis, dan verifikasi data.
Adapun hasilnya (hasil berpikir ilmiah) disajikan dan ditulis secara sistematis
menurut aturan-aturan metode ilmiah[13].
D.
Penelitian dan Peningkatan Pendidikan
Sebagaimana disebutkan
terdahulu, informasi dan pengetahuan kependidikan yang diperoleh melalui
penelitian mempunyai tingkat kesahihan yang lebih bisa diandalkan daripada yang
diperoleh dari sumber lain. Informasi atau pengetahuan yang diperoleh dari
penelitian semakin banyak digunakan dalam menetapkan kebijaksanaan baru dalam
dunia kependidikan. Oleh karena itu, kegiatan penelitian di bidang pendidikan
semakin berkembang secara intensif sesuai dengan kebutuhan informasi yang
akurat untuk dasar pembuatan keputusan. Ada tiga alasan utama mengapa
penelitian menjadi sumber utama meningkatkan pengetahuan kependidikan (McMillan
dan Schumacher, 1989). Pertama, penelitian dan ilmu pengetahuan telah
menjadi bagian penting dan utama dalam meningkatkan aspek kehidupan di bidang
lain. Meskipun penggunaanya masih relatif baru dibandingkan dalam bidang lain,
penelitian di bidang pendidikan diharapkan juga dapat memberikan dampak yang
sama dalam meningkatkan praktek kependidikan. Dengan adanya penelitian
tersebut, peningkatan praktek kependidikan dapat memiliki dasar pijakan yang teruji
secara empiris dan objektif, dan bukan hanya didasarkan pada otoritas pejabat
yang membidangi pendidikan semata.
Kedua, penelitian kependidikan telah terbukti memberikan sumbangan
terhadap pengetahuan di bidang pendidikan. Sumbangan penelitian tersebut serta
dampaknya terhadap peningkatan praktis, terutama yang menyangkut pembuatan
keputusan, dapat dilihat sebagai suatu proses yang bertahap dan saling
berkaitan.
Tahapan-tahapan proses,
sebagaiman diperlihatkan dalam Gambar 1, menunjukkan bagaimana penelitian
memberikan sumbangan terhadap pengembangan pengetahuan dan praktek.
Tahapan-tahapan tersebut adalah (1) identifikasi masalah, (2) studi empiris,
(3) replikasi, (4) sintesis hasil penelitian, (5) adopsi oleh praktisi dan evaluasi.
Dalam proses perkembangan pengetahuan kependidikan, masalah penelitian (tahap
1) dimulai dengan identifikasi hasil yang mempunyai nilai, misalnya
pembelajaran. Masalah dan pertanyaan penelitian dapat bersumber pada hasil
observasi terhadap pelaksanaan kependidikan di lapangan, telaah terhadap hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain, atau diketemukannya teknik
metodologis baru yang dapat diaplikasikan dalam bidang kependidikan.
Gambar 1
Tahapan
Praktek
Kependidikan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Penelitian Terdahulu
|
Masalah
penelitian
|
Studi
Empiris
|
Replikasi
|
Sintesis
|
Adopsi & Evaluasi
|
Kemajuan
Metodologis
|
|||||
Berdasarkan masalah
tersebut, peneliti kemudian mengadakan penelitian secara empiris (tahap 2).
Untuk menguji lebih lanjut hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut,
peneliti atau peneliti lain berusaha untuk melakukan replikasi atau penelitian
kembali (tahap 3) terhadap masalah yang sama hanya saja dengan subyek dan
kondisi yang berbeda. Hasil-hasil penelitian dan replikasi tersebut kemudian
disintesis atau dirangkum dan diulas (tahap 4) secara sistematis yang mana
hasilnya akan membantu dalam mengorganisasi dan merasionalisasi
penemuan-penemuan dalam penelitian yang mendahului. Bukti-bukti yang diperoleh
beberapa penelitian tersebut dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti
terhadap pengetahuan di bidang pendidikan yang didasarkan pada penelitian. Para
praktisi dan pembuat keputusan di bidang pendidikan dapat memanfaatkan dan
menerima implikasi dari penemuan hasil penelitian tersebut yang secara
konsisten dapat memberikan pengaruh yang efektif dan efisien. Namun demikian,
hasil penelitian tersebut masih selalu memerlukan evaluasi (tahap 5) untuk
keperluan setempat.
Ketiga, ulasan terhadap penemuan dan hasil-hasil penelitian telah
memberikan implikasi praktis terhadap pembuatan kebijaksanaan. Misalnya,
penelitian terhadap metode ceramah dan diskusi menunjukkan bahwa masing-masing
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar yang berbeda. Disamping
itu, hasil penelitian tersebut juga dapat memberikan indikasi dalam
mengidentifikasi masalah penelitian baru. Begitu juga, hasil tersebut juga
dapat memberikan bimbingan dan masukan kepada pendidik yang tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan penelitian sendiri dalam melakukan perencanaan dan
pengembangan program yang baru, mengukur hasil belajar, dan mendapatkan
sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan kondisi mereka. Akhirnya, dalam era
perkembangan masyarakat yang kompleks ini informasi yang reliable semakin
sangat dibutuhkan. Penelitian telah memberikan informasi dan pengetahuan yang
valid tentang pendidikan yang diperlukan untuk membuat keputusan-keputusan yang
bijaksana.[14]
E.
Berpikir dalam Penelitian
Hal yang paling sulit dihadapi oleh peneliti dalam proses
penelitian bukanlah tentang bagaimana menentukan masalah, memilih sampel,
mengumpulkan data, menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik yang
rumit atau membuat laporan. Mengenai semua teknik ini, peneliti dalam bidang
kependidikan dapat memilih dan menggunakan sumber rujukan yang sesuai. Hal yang
paling sulit dalam melakukan penelitian adalah bahwa kegiatan tersebut
memerlukan berpikir yang berbeda dengan berpikir dalam kegiatan lain. Peneliti
atau pengguna hasil penelitian harus memiliki kemampuan penalaran dan berpikir
secara analitis.
Dalam proses berpikir dalam penelitian terdapat dua aspek
fundamental, yaitu validitas internal, kesahihan hasil yang dilaporkan, dan
kemampuan generalisasinya, pengaplikasian secara lebih luas terhadap hasilnya
(McMillan & Schumacher, 1989). Hal ini dapat diukur dengan menguji
penafsiran hasil penelitian, kesimpulan, maupun generalisasi kualitatif. Validitas
internal dan eksternal ditunjukkan dengan argument yang berdasarkan
tingkatannya dapat dibedakan menjadi tiga macam (Katzer, Cook, & Crouch,
1982).
Tabel 1
Kekuatannya
Jika
Digunakan
Sendirian
|
Letak dalam
Artikel Jurnal
|
Pembaca Harus
Menilainya dengan
Cara….
|
|
Penalaran-apa
Yang dikatakan
Oleh peneliti
|
Lemah
|
Bagian penda
Huluan dan pembahasan
|
-Menanyakan
seberapa baik penalaran yang
dikemukakan
-Membuat penalaran sendiri
-Menggunakan pengetahuan sendiri
-Menggunakan pengetahuan sendiri tentang
bidang tersebut.
|
Metode-apa yang dilakukan oleh
peneliti
|
Lebih Kuat
|
Bagian Prosedur
|
-Menanyakan seberapa baik
metodologi yang digunakan
-Membuat penalaran sendiri
-Menggunakan pengetahuan sendiri
tentang bidang tersebut.
|
Replikasi/Ekstensi-apa yang
dikatakan atau dilakukan oleh peneliti lain
|
Paling Kuat
|
Bagian Ulasan Kepustakaan
|
-Menanyakan seberapa baik dan luas
studi yang dilaporkan
-Membuat penalaran sendiri
-Menggunakan pengetahuan sendiri
tentang bidang tersebut
|
Kombinasi antara penalaran,
metode, dan replikasi/ekstensi
|
Tergantung
|
Semua Bagian di atas
|
-Semuanya, sebagaimana di atas
|
Table 1 menyajikan
ringkasan tentang ketiga argument tersebut. Pertama, argument yang
paling lemah adalah argument yang hanya disandarkan pada apa yang dkatakan oleh
peneliti, bukan apa yang ia lakukan atau ia tunjukkan. Biasanya, argument ini
digunakan untuk menjelaskan mengapa ancaman tertentu terhadap validitas
internal tidak dipertimbangkan sebagai hipotesis tanggungan (rival
hypothesis). Argument ini sangat penting untuk mengkomunikasikan hasil
pemikiran dan penalaran. Kedua, argument yang lebih kuat adalah bila
penggunaannya ditunjukkan dengan adanya metode dan teknik yang dapat mengontrol
adanya ancaman terhadap validitas internal dan bila penemuannya dapat digunakan
untuk mengembangkan pengetahuan lebih lanjut. Ketiga, replikasi terhadap
penelitian yang pernah dilakukan dapat
menguji hasil penelitian kuantitatif, sedangkan ekstensi dapat memungkinkan
peneliti kualitatif (etnografer atau sejarawan) secara logis membandingkan atau
mempertentangkan hasil penemuannya dengan hasil penelitian terdahulu yang
berbeda setting nya maupun sumber datanya. Terakhir, argument yang paling kuat
adalah bila disandarkan pada penalaran, metode dan replikasi / ekstensi. Ketiga
argument harus diperhatikan dalam membaca atau menafsirkan penelitian untuk
mengetahui tingkat kesahihan argument yang diajukan.[15]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.
Perbedaan
metode penelitian dengan metodologi penelitian adalah metodologi penelitian
membahas konsep teoretik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, yang
dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan.
Sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode
yang digunakan dalam penelitiannya.
Karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni kebenaran
yang tidak hanya didasarkan atas rasio, tetapi juga dapat dibuktikan secara
empiris. setiap karya ilmiah dalam bentuk apa pun, yang ditulis oleh siapa pun,
serta untuk tujuan mana pun, harus didasarkan atas proses dan hasil berpikir
ilmiah melalui penelitian. Proses berpikir ilmiah menempuh langkah-langkah
tertentu yang didukung oleh tiga unsur pokok, yakni masalah, perumusan hipotesis,
dan verifikasi data. Adapun hasilnya (hasil berpikir ilmiah) disajikan
dan ditulis secara sistematis menurut aturan-aturan metode ilmiah.
Informasi dan
pengetahuan kependidikan yag diperoleh melalui penelitian mempunyai tingkat
kesahihan yang lebih bisa diandalkan daripada yang diperoleh dari sumber lain.
Informasi atau pengetahuan yang diperoleh dari penelitian semakin banyak
digunakan dalam menetapkan kebijaksanaan baru dalam dunia kependidikan.
Penelitian adalah kegiatan yang memerlukan berpikir yang berbeda
dengan berpikir dalam kegiatan lain. Peneliti atau pengguna hasil penelitian
harus memiliki kemampuan penalaran dan berpikir secara analitis.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat memberikan wawasan serta
pengetahuan yang baru kepada pembaca tentang metodologi penelitian. Penyusun
sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran, masukan serta kritikan yang
membangun dari pembaca. Dengan harapan agar makalah ini lebih mendekati pada
kesempurnaan.
[14] Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Kwantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), 5-8.
METODOLOGI PENDIDIKAN
Reviewed by Pena Alfaqir
on
13.49
Rating:
Tidak ada komentar: