Senin, 17 Maret 2014

ILMU TAFSIR STUDY QURAN



Surat Al-Maa’uun

A.  Lafadl Ayat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)[1]
B. Mufrodat

الدِّيْنُ (ج اَدْيَانٌ) اَلمِلَّةُ
:
Agama
دَعَّ-يَدُعُّ-دَعاًّ
:
Menolak (mengardik)
حَضَّ-يَحُضُّ-حَضّاً
:
Mendorong (menganjurkan)
وَيْلٌ
:
Celaka (binasa)

سَهَا
:
Lalai
يُرَاءُوْن
:
Riya’                                                                        
مَنَعَ-يَمْنَعُ-مَنْعًا
:
Mencegah
اَلْمَاعُوْن
:
Barang-barang berharga[2]

C. Terjemah Surat Al-Maa’uun

1.      Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2.      Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3.      dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4.      Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
5.      (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
6.      orang-orang yang berbuat riya.
7.      dan enggan (menolong dengan) barang berguna.[3]

D. Asbabun Nuzul Ayat

Ayat 1-3
Berkata Ibnu Abas ayat ini turun tentang Al-Ash Bin Wail Assahmi dan berkata As-Suddi ayat ini turun tentang  Al-Walid Bin Mughiro’ dan dikatakan dalam riwayat lain ayat ini turun tentang Abu Jahal  dia diwasiati  seorang anak yatim  maka anak yatim tersebut datang kepadanya dalam keadaan telanjang dan meminta dari sebagian hartanya maka dia menolaknya dan berkata Ibnu Jurayj ayat ini turun tentang  Abu Sufyan dia menyembelih binatang  dalam tiap pekan kemudian seorang anak yatim meminta sedikit darinya maka Abu Sufyan memukulnya kemudian Allah menurunkan ayat ini[4].

Ayat 4-7
Dikemukaan oleh Ibnul Mundir  dari jalan  Ibni Abi Thalhah yang bersumber dari Ibni Abbas mengenai ayat” fawailun lilmushallina...sampai berikutnya”(juz.30,107/al maa’un : 4-7) ia berkata : Bahwa turunya ayat ini berkenaan dengan orang-orang munafik yang memperlihatkan sholat mereka kepada orang-orang mukmin (riya’) ketika orang mukmin itu hadir serta enggan memberikan bantuan atau pinjaman. Maka dengan turunya ayat, mereka mendapat ancaman  dari Allah Ta’ala.[5]

E. Korelasi Ayat-ayat lain

            1. Surat Al- An’am ayat 152
وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (152)

            Artinya :         
            Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali kecuali dengan cara yang lebih bermanfa’at, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beben kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupanya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun itu adalah kerabat (mu) .(dan penuhilah janji Allah). Yang demikian itu  diperintahkan Allah kepada mu agar kamu ingat.(QS 6:152)[6]
                  
2. Surat An-nisa’ ayat 142
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا (142)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”[7].(QS 4:142 )

3. Surat Al-’ankabuut ayat 45
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45)

Artinya:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar (keutamaanya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan[8].(QS 29:45)

4 . Surat Adh-dhuha ayat 9
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ (9)
Artinya:
Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang[9].(93:9)



5. Surat Adzariyaat ayat 19
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (19)

Artinya:
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian[10].(QS 51:19)

F. Kandungan Ayat

Ayat ke 1:

Makna kontekstual kata ad-diin pada ayat ini adalah pembalasan, akhirat atau pembalasan di akhirat dan makna tersebut menuntut adanya sebuah tanggung jawab. Oleh karena itu orang yang melupakan tanggung jawab/solidaritas/ibadah sosial dan mengutamakan ibadah ritual/individual dianggap sebagai pendusta agama. Ayat ke-1 menggunakan kalimat pertanyaan (istifhaam) untuk menggugah pikiran agar kita membuktikan kesadaran keberagamaan dan agar tidak termasuk pendusta agama dengan tindakan nyata (ayat ke 2 s.d 7).

Ayat ke 2-3:

Menghardik anak yatim, termasuk didalamnya tidak peduli/empati baik secara fisik maupun mental, padahal mereka telah kehilangan pelindung, pembimbing dan figur orang tua. Tidak menganjurkan memberi makanan tidak sama dengan tidak memberi makan karena menganjurkan bisa dilakukan oleh siapa  saja. Ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa makanan pada hakekatnya bukan milik kita dan di dalam harta kita ada hak orang miskin(QS 51:19).


Ayat ke 4-5:

Orang yang shalat tetapi lalai terhadap fungsi shalat, dia termasuk orang yang celaka. Seharusnya shalat menjadikan seseorang menjadi meningkat spiritualitasnya, sehingga bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar (QS 29:45). Shalat juga sebagai aktualisasi dan refleksi dari sikap lemah dan butuhnya manusia kepada Allah swt. Shalat ditutup dengan salam menunjukan bahwa orang yang shalat harus menebarkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, dan rahmat kepada seluruh alam.

Ayat ke 6-7:

 Meskipun shalat, jika ia riya/pamer dan menolak memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan maka ia termasuk pendusta agama. Sifat riya’ dimiliki oleh setiap orang dan munculnya tidak terasa sehingga sangat sulit menghindarinya. Rasulullah pernah bersabda: ”Riya’ itu lebih tersembunyi daripada merambatnya semut hitam dimalam yang gelap di atas kain hitam”. Riya’ termasuk sikap bermuka dua karena pada saat yang sama dia menghadapkan wajahnya kepada Allah swt. dan manusia. Menolak memberikan bantuan dapat dikategorikan sebagai orang yang sombong dan meremehkan orang lemah dan terlalu cinta pada harta.[11] Ibnu Mas’uud ra. mengartikan almaa’uun: Yang biasa dipinjamkan kepada tetangga seperti kapak, panci, kuali, gergaji, timba dan sebagainya. Abdullah ketika menanggapi: Kullu ma’rufin shadaqah: Tiap perbuatan kebaikan itu dianggap sebagai sedekah. Kami (sahabat) menganggap bahwa meminjami timba, panci, kuali dan keperluan rumah itu termasuk almaa’uun. Di lain riwayat dijelaskan bahwa almaa’uun itu alat yang dibuat dari batu atau besi.[12]




DAFTAR PUSTAKA

Asrori. Tafsir Al-Asror. Yogyakarta: Daarut Tajdiid, 2012.
Assuyuti, Al-Imam Jalaludin. Riwayat Turunnya Ayat-ayat Suci Al Qur’an.      Surabaya: Mutiara Ilmu, 1986.
Az-Zuhaily, Wahbah Mushthofa. Tafsir Al-Munir. Damaskus: Darul Fikri, 1997.
Bahreysy, Salim. Tafsir Ibnu Katsier Jilid 8. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2004.

Bisri, Adib. Kamus Indonesia-Arab Al Bisri. Surabaya: Pustaka Progresif, 1999.
Departemen Agama. Al-Quran Al-Karim. Kudus: Menara Kudus, 1974.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, 1971.


                [1] Departemen Agama,  Al-Quran Al-Karim. (Kudus : Menara Kudus, 1974), 603.
[2] Adib BisriKamus Indonesia-Arab Al-Bisri (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), 354.
[3] Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, 1971), 1108.
                [4] Wahbah Mushthofa  Az-Zuhaiyli, Tafsir Al-Munir (DamasqusDarul Fikri, 1997) , 421.
                [5] Al-imam Jalaludin AssuyutiRiwayat Turunya Ayat –ayat Suci Al Qur’an (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1986),  666.
[6]Yayasan,  Al Qur’an dan Terjemahannya 214.
[7] Yayasan,  Al Qur’an dan Terjemahannya 146.
[8]Yayasan., Al Qur’an dan Terjemahannya 365.
[9]Yayasan,  Al Qur’an dan Terjemahannya 1070.
[10] Yayasan,  Al Qur’an dan Terjemahannya 859.
                [11] Asrori, Tafsir al-Asror (Yogyakarta: Daarut Tajdiid, 2012), 113-114.
                [12] Salim BahreysyTafsir Ibnu Katsier jilid 8 (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004), 447 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar