Kamis, 13 Maret 2014

METODOLOGI PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Berdasarkan pengamatan dan penelitian para pakar, diketahui bahwa dalam pembuatan laporan penelitian, sangat terasa sekali bahwa mahasiswa menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut. Kesulitan tersebut bersumber pada lemahnya kemampuan dan pemahaman tentang dasar-dasar penelitian yang dimiliki oleh mahasiswa di bidang pendidikan. Kelemahan tersebut timbul, di antaranya, karena sulitnya mendapatkan rujukan teori metodologi penelitian yang sesuai dan contoh-contoh laporan hasil penelitian yang berkualitas meyakinkan. Sebagai akibat dari kesulitan tersebut, meskipun mahasiswa dapat menyelesaikan penulisan tugas penelitian, hasilnya masih belum menggembirakan dari segi kualitas.
            Tulisan-tulisan tentang metode penelitian dalam Bahasa Indonesia sudah cukup banyak. Namun demikian, ada dua kekurangan umum yang tampaknya terdapat dalam Tulisan-tulisan tersebut, khususnya bila digunakan oleh peneliti pemula seperti mahasiswa. Pertama, pada umumnya Tulisan-tulisan tersebut ditulis untuk tujuan pembaca umum dalam semua ilmu sosial. Hal ini tentu saja tidak memberikan panduan yang aplikatif untuk bidang pendidikan dan konsekuensinya mahasiswa akan mengalami kesulitan untuk menerapkan teori-teori tersebut dalam penelitian kependidikan, yang tentunya memiliki kekhususan tertentu. Kedua, dalam uraian tentang teknik dan metode, Tulisan-tulisan tersebut tidak memberikan contoh-contoh kongkret yang berasal dari hasil penelitian yang telah dilaporkan.
B. Rumusan Masalah
       1. Apa pengertian metode penelitian?
       2. Apa perbedaan antara metode penelitian dan metodologi penelitian?
       3. Apa maksud penelitian sebagai karya ilmiah?
       4. Apa korelasi antara penelitian dan peningkatan pendidikan?
       5. Apa maksud berpikir dalam penelitian?


BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Metode Penelitian
      Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. Jadi metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah[1].
      Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya[2]. Penelitian  dapat dirumuskan sebagai penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Ini adalah cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan[3].
      Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris : research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dan dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya[4].
      Menurut Sutrisno Hadi, research didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang mana dilakukan dengan metode ilmiah[5].
      Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.[6]
      Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Misalnya pada provinsi tertentu terdapat 3000  anak yang tidak lulus Ujian Nasional, sementara penelitian melaporkan jauh diatas dan di bawah 3000. Maka data yang dilaporkan peneliti tersebut tidak valid.[7]
      Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keraguan-keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada[8].

B.       Perbedaan antara Metode Peneletian dan Metodologi Penelitian
            Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis[9].
            Istilah “metodologi” berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos dan logos. Methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang berkaitan dengan upaya menyelesaikan sesuatu. Sementara logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala, dan wawasan. Dengan demikian, metodologi adalah pengetahuan tentang metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian[10]. Dalam pengertian umum metodologi penelitian merupakan suatu ilmu atau studi mengenai sistem, ataupun tindakan mengerjakan investigasi[11].
            Sementara orang tidak acuh dan mencampuradukkan antara metode penelitian dengan metodologi penelitian, sehingga sering dijumpai salah satu bab dari karya penelitian berjudul metodologi penelitian namun isinya metode penelitian.
            Apa perbedaannya? Metodologi penelitian membahas konsep teoretik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan. Sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitiannya[12].
                            

C.      Penelitian sebagai Karya Ilmiah
            Karya ilmiah terdiri dari dua kata, yakni “karya”, artinya kerja, berbuat; dan “ilmiah”, artinya bersifat ilmu.
            Ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Oleh sebab itu, ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Seseorang yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah (ilmuwan) dituntut memiliki sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya bukti-bukti, tidak cepat putus asa, dan tidak cepat puas dengan pekerjaan atau hasil karyanya.
            Pengetahuan ilmiah yang telah dimiliki seseorang disertai sikap ilmiah yang ditunjukkannya dalam cara berpikirnya, hendaknya menjadi dasar dalam melakukan pekerjaan atau perbuatannya sehingga menghasikan karya-karya yang bersifat ilmiah pula. Dengan perkataan lain, karya ilmiah adalah hasil atau produk manusia (biasanya dalam bentuk tulisan, sekalipun tidak hanya itu) atas dasar pengetahuan, sikap, dan cara berpikir ilmiah.
            Sudah tentu, setiap karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni kebenaran yang tidak hanya didasarkan atas rasio, tetapi juga dapat dibuktikan secara empiris. Rasionalisme dari empirisme inilah yang menjadi tumpuan berpikir manusia. Rasionalisme mengandalkan kemampuan otak atau rasio atau penalaran, sedangkan empirisme mengandalkan bukti-bukti atau fakta nyata. Penggabungan kedua cara tersebut di atas, yakni berpikir rasional dan berpikir empiris, adalah berkarya ilmiah. Operasionalisasi dari berpikir ilmiah adalah penelitian ilmiah.
            Bertolak dari pemikiran tersebut, setiap karya ilmiah dalam bentuk apa pun, yang ditulis oleh siapa pun, serta untuk tujuan mana pun, harus didasarkan atas proses dan hasil berpikir ilmiah melalui penelitian.
            Proses berpikir ilmiah menempuh langkah-langkah tertentu yang didukung oleh tiga unsur pokok, yakni masalah, perumusan hipotesis, dan verifikasi data. Adapun hasilnya (hasil berpikir ilmiah) disajikan dan ditulis secara sistematis menurut aturan-aturan metode ilmiah[13].

D.      Penelitian dan Peningkatan Pendidikan
      Sebagaimana disebutkan terdahulu, informasi dan pengetahuan kependidikan yang diperoleh melalui penelitian mempunyai tingkat kesahihan yang lebih bisa diandalkan daripada yang diperoleh dari sumber lain. Informasi atau pengetahuan yang diperoleh dari penelitian semakin banyak digunakan dalam menetapkan kebijaksanaan baru dalam dunia kependidikan. Oleh karena itu, kegiatan penelitian di bidang pendidikan semakin berkembang secara intensif sesuai dengan kebutuhan informasi yang akurat untuk dasar pembuatan keputusan. Ada tiga alasan utama mengapa penelitian menjadi sumber utama meningkatkan pengetahuan kependidikan (McMillan dan Schumacher, 1989). Pertama, penelitian dan ilmu pengetahuan telah menjadi bagian penting dan utama dalam meningkatkan aspek kehidupan di bidang lain. Meskipun penggunaanya masih relatif baru dibandingkan dalam bidang lain, penelitian di bidang pendidikan diharapkan juga dapat memberikan dampak yang sama dalam meningkatkan praktek kependidikan. Dengan adanya penelitian tersebut, peningkatan praktek kependidikan dapat memiliki dasar pijakan yang teruji secara empiris dan objektif, dan bukan hanya didasarkan pada otoritas pejabat yang membidangi pendidikan semata.
      Kedua, penelitian kependidikan telah terbukti memberikan sumbangan terhadap pengetahuan di bidang pendidikan. Sumbangan penelitian tersebut serta dampaknya terhadap peningkatan praktis, terutama yang menyangkut pembuatan keputusan, dapat dilihat sebagai suatu proses yang bertahap dan saling berkaitan.
      Tahapan-tahapan proses, sebagaiman diperlihatkan dalam Gambar 1, menunjukkan bagaimana penelitian memberikan sumbangan terhadap pengembangan pengetahuan dan praktek. Tahapan-tahapan tersebut adalah (1) identifikasi masalah, (2) studi empiris, (3) replikasi, (4) sintesis hasil penelitian, (5) adopsi oleh praktisi dan evaluasi. Dalam proses perkembangan pengetahuan kependidikan, masalah penelitian (tahap 1) dimulai dengan identifikasi hasil yang mempunyai nilai, misalnya pembelajaran. Masalah dan pertanyaan penelitian dapat bersumber pada hasil observasi terhadap pelaksanaan kependidikan di lapangan, telaah terhadap hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain, atau diketemukannya teknik metodologis baru yang dapat diaplikasikan dalam bidang kependidikan.

Gambar 1
Tahapan
Praktek
Kependidikan

1
2
3
4
5
Penelitian Terdahulu

Masalah
penelitian
Studi
Empiris
Replikasi
Sintesis
Adopsi & Evaluasi
Kemajuan
Metodologis












      Berdasarkan masalah tersebut, peneliti kemudian mengadakan penelitian secara empiris (tahap 2). Untuk menguji lebih lanjut hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut, peneliti atau peneliti lain berusaha untuk melakukan replikasi atau penelitian kembali (tahap 3) terhadap masalah yang sama hanya saja dengan subyek dan kondisi yang berbeda. Hasil-hasil penelitian dan replikasi tersebut kemudian disintesis atau dirangkum dan diulas (tahap 4) secara sistematis yang mana hasilnya akan membantu dalam mengorganisasi dan merasionalisasi penemuan-penemuan dalam penelitian yang mendahului. Bukti-bukti yang diperoleh beberapa penelitian tersebut dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pengetahuan di bidang pendidikan yang didasarkan pada penelitian. Para praktisi dan pembuat keputusan di bidang pendidikan dapat memanfaatkan dan menerima implikasi dari penemuan hasil penelitian tersebut yang secara konsisten dapat memberikan pengaruh yang efektif dan efisien. Namun demikian, hasil penelitian tersebut masih selalu memerlukan evaluasi (tahap 5) untuk keperluan setempat.
      Ketiga, ulasan terhadap penemuan dan hasil-hasil penelitian telah memberikan implikasi praktis terhadap pembuatan kebijaksanaan. Misalnya, penelitian terhadap metode ceramah dan diskusi menunjukkan bahwa masing-masing mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar yang berbeda. Disamping itu, hasil penelitian tersebut juga dapat memberikan indikasi dalam mengidentifikasi masalah penelitian baru. Begitu juga, hasil tersebut juga dapat memberikan bimbingan dan masukan kepada pendidik yang tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan penelitian sendiri dalam melakukan perencanaan dan pengembangan program yang baru, mengukur hasil belajar, dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan kondisi mereka. Akhirnya, dalam era perkembangan masyarakat yang kompleks ini informasi yang reliable semakin sangat dibutuhkan. Penelitian telah memberikan informasi dan pengetahuan yang valid tentang pendidikan yang diperlukan untuk membuat keputusan-keputusan yang bijaksana.[14]

E.     Berpikir dalam Penelitian
            Hal yang paling sulit dihadapi oleh peneliti dalam proses penelitian bukanlah tentang bagaimana menentukan masalah, memilih sampel, mengumpulkan data, menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik yang rumit atau membuat laporan. Mengenai semua teknik ini, peneliti dalam bidang kependidikan dapat memilih dan menggunakan sumber rujukan yang sesuai. Hal yang paling sulit dalam melakukan penelitian adalah bahwa kegiatan tersebut memerlukan berpikir yang berbeda dengan berpikir dalam kegiatan lain. Peneliti atau pengguna hasil penelitian harus memiliki kemampuan penalaran dan berpikir secara analitis.
            Dalam proses berpikir dalam penelitian terdapat dua aspek fundamental, yaitu validitas internal, kesahihan hasil yang dilaporkan, dan kemampuan generalisasinya, pengaplikasian secara lebih luas terhadap hasilnya (McMillan & Schumacher, 1989). Hal ini dapat diukur dengan menguji penafsiran hasil penelitian, kesimpulan, maupun generalisasi kualitatif. Validitas internal dan eksternal ditunjukkan dengan argument yang berdasarkan tingkatannya dapat dibedakan menjadi tiga macam (Katzer, Cook, & Crouch, 1982).


Tabel 1

Kekuatannya
Jika Digunakan
Sendirian
Letak dalam Artikel Jurnal
Pembaca Harus
Menilainya dengan Cara….
Penalaran-apa
Yang dikatakan
Oleh peneliti
Lemah
Bagian penda
Huluan dan pembahasan
-Menanyakan     
seberapa baik penalaran yang dikemukakan
-Membuat penalaran sendiri
-Menggunakan pengetahuan sendiri
-Menggunakan pengetahuan sendiri tentang bidang tersebut.
Metode-apa yang dilakukan oleh peneliti
Lebih Kuat
Bagian Prosedur
-Menanyakan seberapa baik metodologi yang digunakan
-Membuat penalaran sendiri
-Menggunakan pengetahuan sendiri tentang bidang tersebut.
Replikasi/Ekstensi-apa yang dikatakan atau dilakukan oleh peneliti lain
Paling Kuat
Bagian Ulasan Kepustakaan
-Menanyakan seberapa baik dan luas studi yang dilaporkan
-Membuat penalaran sendiri
-Menggunakan pengetahuan sendiri tentang bidang tersebut
Kombinasi antara penalaran, metode, dan replikasi/ekstensi
Tergantung
Semua Bagian di atas
-Semuanya, sebagaimana di atas
 
       Table 1 menyajikan ringkasan tentang ketiga argument tersebut. Pertama, argument yang paling lemah adalah argument yang hanya disandarkan pada apa yang dkatakan oleh peneliti, bukan apa yang ia lakukan atau ia tunjukkan. Biasanya, argument ini digunakan untuk menjelaskan mengapa ancaman tertentu terhadap validitas internal tidak dipertimbangkan sebagai hipotesis tanggungan (rival hypothesis). Argument ini sangat penting untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran dan penalaran. Kedua, argument yang lebih kuat adalah bila penggunaannya ditunjukkan dengan adanya metode dan teknik yang dapat mengontrol adanya ancaman terhadap validitas internal dan bila penemuannya dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan lebih lanjut. Ketiga, replikasi terhadap penelitian  yang pernah dilakukan dapat menguji hasil penelitian kuantitatif, sedangkan ekstensi dapat memungkinkan peneliti kualitatif (etnografer atau sejarawan) secara logis membandingkan atau mempertentangkan hasil penemuannya dengan hasil penelitian terdahulu yang berbeda setting nya maupun sumber datanya. Terakhir, argument yang paling kuat adalah bila disandarkan pada penalaran, metode dan replikasi / ekstensi. Ketiga argument harus diperhatikan dalam membaca atau menafsirkan penelitian untuk mengetahui tingkat kesahihan argument yang diajukan.[15]


                                                            BAB III
                                                           PENUTUP
A. Kesimpulan
            Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.
            Perbedaan metode penelitian dengan metodologi penelitian adalah metodologi penelitian membahas konsep teoretik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan. Sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitiannya.        
            Karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni kebenaran yang tidak hanya didasarkan atas rasio, tetapi juga dapat dibuktikan secara empiris. setiap karya ilmiah dalam bentuk apa pun, yang ditulis oleh siapa pun, serta untuk tujuan mana pun, harus didasarkan atas proses dan hasil berpikir ilmiah melalui penelitian. Proses berpikir ilmiah menempuh langkah-langkah tertentu yang didukung oleh tiga unsur pokok, yakni masalah, perumusan hipotesis, dan verifikasi data. Adapun hasilnya (hasil berpikir ilmiah) disajikan dan ditulis secara sistematis menurut aturan-aturan metode ilmiah.

            Informasi dan pengetahuan kependidikan yag diperoleh melalui penelitian mempunyai tingkat kesahihan yang lebih bisa diandalkan daripada yang diperoleh dari sumber lain. Informasi atau pengetahuan yang diperoleh dari penelitian semakin banyak digunakan dalam menetapkan kebijaksanaan baru dalam dunia kependidikan.
            Penelitian adalah kegiatan yang memerlukan berpikir yang berbeda dengan berpikir dalam kegiatan lain. Peneliti atau pengguna hasil penelitian harus memiliki kemampuan penalaran dan berpikir secara analitis.
B. Saran
            Dengan adanya makalah ini, semoga dapat memberikan wawasan serta pengetahuan yang baru kepada pembaca tentang metodologi penelitian. Penyusun sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran, masukan serta kritikan yang membangun dari pembaca. Dengan harapan agar makalah ini lebih mendekati pada kesempurnaan.


                [1] Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek  (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 2004), 1.
                [2] Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian  (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), 1.
                [3] Arief Furchan,  Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), 44.
                [4] Joko Subagyo, Metode Penelitian … , 2.
                [5] Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi  (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2001), 8.
                [6] Joko Subagyo, Metode Penelitian … , 2.
                [7]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2011), 3-4.
                [8] Ibid, 5.
                [9] Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial  (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), 41.
                [10] Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2008), 67-68.
                [11] Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi…, 9.
                [12] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama  (Yogyakarta : PT. Bayu Indra Grafika,1998), 3.
                [13] Beni Ahmad Saebani dan Maman Abd. Djaliel, Metode Penelitian Hukum (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2009),109-111.
[14] Ibnu Hadjar,  Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), 5-8.
                [15] Ibid., 19-20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar