A.
Pengertian Pragmatisme
Tema Pragmatisme berasal dari kata Pragma(bahasa yunani)
yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu sikap, metode
dan filsafat yang memahami akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai
ukuran untuk menetapkan nilai dan kebenaran.[1]
Kata prakmatisme sering sekali diucapkan banyak orang. Orang-orang
menyebutkan kata itu dalam pengetian praktis. Jika orang berkata, rancangan ini
kurang paktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian
prakmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruan pengertian
prakmatisme. Tetapi pada dasarnya pragmatisme adalah “member manfaat bagi hidup
yang praktis”.[2]
Secara sederhana dapat dikatakan prakmatisme adalah aliran filsafat
yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu
memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh karena itu kebenaran sifatnya menjadi
relatif dan tidak mutlak, tidak ada kebenaran umum. Mungkin suatu konsep atau
peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan atau manfaat bagi masyarakat
tertentu, tetapi terbukti berguna atau bermanfaat bagi masyarakat yang lain.
Maka konsep ini dikatakan benar bagi masyarakt yang kedua.[3]
B. Tokoh-tokoh filsafat pragmatisme
1. Wiliam James (1842-1910)
James lahir di New York tahun 1842 dan wafat tahun 1910. Anak Henry
James, Sr. Ayahnya adalah seorang yang terkenal, yang berkebudayaan tinggi, pemikir
yang kreatif. Henry James, Sr. merupakan kepala rumah tangga yang memang
menekankan kemajuan intelektual. Selain kaya, Keluarganya juga menerapkan
humanisme dalam mengembangkan. Ayah james mengembangkannya dengan mempelajari
manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan james penuh dengan masa belajar yang
diberengi dengan usaha kreatif untuk menjawab berbgai masalah yang berkenaan
dengan kehidupan.
Pendidikan formalnya yang mula-mula tidak teratur. Dia mendapat
tutor berkebangsaan Inggris, Prancis, Swiss, Jerman, dan Amerika. Akhirnya Dia
memasuki Harvard Medical School pada
tahun 1864 dia memperoleh Ph.D-nya pada
tahun 1869. Akan tetapi, dia kurang tertarik pada praktik pengobatan.[4]
Kemudian Beliau mengikuti studi di
akademi seni dan kemudian pindah ke Falkutas Kedokteran di Harvard University.
Usai kuliah James menjadi dosen kedokteran, psikologi dan filsafat. Selain
dosen di Amerika James juga dosen di Inggris.
Pemikiran termuat dalam tiga karya pentingnya, yaitu The Will to
Believe and other Essay in popular Philosophy (Keinginan untuk Percaya dan
karangan-karangan Lain tentang Filsafat Populer), terbit tahun 1897: The
Verietes of religiousExperince, A study in Human Nature (Jenis-jenis
Pengalaman Religius, studi tentang Kodrat Manusia), terbit tahun 1902 dan Pragmatism
(Pragmatisme), terbit tahun 1907.[5]
Pandangan filsafat didalam bukunya The Meaning of Truth, Arti kebenaran, james mengemukakan bahwa tiadak
ada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri
sendiri yang terlepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan
terus dan segala yang kita anggap benar
dalam pengembangan itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang
kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu
tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya), yaitu apa yang benar dalam pengalaman–pengalaman khusus yang setiap kali dapat di ubah oleh
pengalaman berikutnya.
James selanjutnya mengatakan nilai konsep atau pertimbangan kita
bergantung kepada akibatnya, kepada kerjanya. Artinya bergantung kepada
keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu
benar bila bermanfaat bagi pelakunya, memperkaya hidup dan
kemungkinan-kemungkinannya. [6]
Sebagai pendiri pragmatism, pemikiran terpentinganya ialah mengenai
makna pragmatisme. Pragmatisme merupakan filsafat khas Amerika karena
aliran ini muncul darikehidupan dan pengalaman Amerika dan juga merupakan
filsafat ala Amerika yang berciri pragmatis. Orang Amerika tidak puas dengan
filsafat teoritis yang bertanya “apa itu”, tetepi memasuki filsafat praktis
yang bertanya “apa gunanya”. Sistematisasi dari jenis kedua pertanyaan inilah
yang melahirkan filsafat prakmatisme.Namun paham yang sejalan telah muncul di
Yunani dalam bentuk aliran Utilitarianisme, yaitu paham bahwa ukuran
baik buruk ditentukan oleh ada tidaknya manfaat dari perbuatan tersebut.
Dengan demikian, ukuran segala sesuatu ialah manfaat yang praktis.
Pandangan ini mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk agama dan moral. Dalam
kaitan dengan agama, James tidak bertanya “kebenaran agama” yang dia Tanyakan
”apakah hasilnya agama menjadi pedoman hidup saya”. Jadi, manusia bebas memilih
diantara percaya dan tidak percaya,
sesuai dengan pertimbangan fragmatisnya begitu juga dalam bidang moral, ukuran
baik buruk ditentukan oleh adakah manfaat dari suatu perbuatan; jika ada
dipandang baik dan jika tidak pandang
buruk.[7]
1.
John Dewey (1859-1952)
Dewey merupakan
filsuf prakmatis yang cukup siknifikan. Beliau lahir di burtngton, verlon tahun
1859 dan wafat tahun 1952. Setelah menamatkan doktor di The John Hopkin
University of Michigan, University of Minnesota. University of Chicago dan
Columbia University.
Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari wiliam james, namun
menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan james. Dewey
adalah seorang yang prakmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki
kehidupan manusia serta linkungannya
atau mengatur kehidupan manusia serta
aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.[8]
Sebagai
pengikut filsafat pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filssafat
adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut
dalam pemikiran–pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara
kritis.[9]
Menurut Dewey tidak ada sesuatu yang
tetap. Manusia senantiasa bergerak dan berubah. Jika mengalami kesulitan,
segera berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Maka dari itu berpikir
tidak lain dari pada alat untuk bertindak. Kebenaran dari pengertian dapat
ditinjau dari berhasil tidaknya mempengaruhi kenyataan.[10]
Ungkapan singkat ini mengisyaratkan betapa pola pikir Dewey demikian prakmatis,
sehingga memandang bahwa seluruh sistemik kehidupan haruslah membawa
konsekuensi frakmatis bagi kehidupan manusia. [11]
C.Sifat-sifat pragmatism
Pragmatisme mempunyai
dua sifat, yaitu merupakan kritik terhadap pendekatan ideologis dan prinsip
pemecahan masalah. Sebagi kritik terhadap pendekatan ideologis, pragmatisme
mempertahankan relevansi sebuah ideologi bagi pemecahan, misalnya fungsi
pendidikan. Pragmatisme mengkritik segala macam teori tentang cita-cita,
filsafat, rumusan-rumusan abstrak yang sama sekali tidak memiliki konsekuansi
praktis. Bagi kaum pragmatis, yang penting bukan keindahan suatu konsepsi
melainkan hubungan nyata pada pendekatan masalah yang dihadapi masyarakat.
Sebagai prinsip pemecahan masalah, pragmatisme mengatakan bahwa suatu gagasan
atau strategi terbukti benar apabila berhasil memecahkan masalah yang ada,
mengubah situasi yang penuh keraguan dan keresahan sedemikian rupa, sehingga
keraguan dan keresahan tersebut hilang.
Dalam kedua sifat
tersebut terkandung segi negatif pragmatisme dan segi-segi positifnya.
Pragmatisme, misalnya, mengabaikan peranan diskusi. Justru di sini muncul
masalah, karena pragmatisme membuang diskusi tentang dasar pertanggungjawaban
yang diambil sebagai pemecahan atas masalah tertentu. Sedangkan segi positifnya
tampak pada penolakan kaum pragmatis terhadap perselisihan teoritis,serta
pembahasan nilai-nilai yang berkepanjangan sesegera mungkin mengambil tindakan
langsung.[12]
[1]NasutionBaktiHasan. FilsafatUmum(Jakarta:
Gaya Media Pratama,2001),hal.194
[2]A. FuadIhsan. FilsafatIlmu
(Jakarta: PT Rineka Cipta,2010,hal.171
[3]Waris,FilsafatUmum
(Ponorogo:STAIN Po Pres,2009), hal.56
[4]
A. FuadIhsan. FilsafatIlmu (Jakarta: PT Rineka Cipta,2010, hal.172
[5]NasutionBaktiHasan.
FilsafatUmum(Jakarta: Gaya Media Pratama,2001),hal.195
[6]Waris,FilsafatUmum
(Ponorogo:STAIN Po Pres,2009), hal.56
[7]NasutionBaktiHasan.
FilsafatUmum(Jakarta: Gaya Media Pratama,2001),hal.196
[8]Nasution, hal.196
[9]Waris,FilsafatUmum
(Ponorogo:STAIN Po Pres,2009), hal.57
[10]A.
FuadIhsan. FilsafatIlmu (Jakarta: PT Rineka Cipta,2010, hal.175
[11]NasutionBaktiHasan.
FilsafatUmum(Jakarta: Gaya Media Pratama,2001),hal.197
[12]http://www.psychologymania.com/2010/03/william-james-tokoh-pragmatisme.html
Pragmatisme (Filsafat Umum)
Reviewed by Pena Alfaqir
on
14.00
Rating:
Tidak ada komentar: